Amalan Bulan Dzulhijjah
Assalamu ‘alaikum. Saya ingin bertanya, amal apa saja yg disyariatkan di bulan Dzulhijah?
Jazaakumullah khoiran
Aab Jogja
***
Wa ‘alaikumussalam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Ada
beberapa amalan yang disyariatkan untuk dilakukan di bulan Dzulhijjah.
Amalan ini bisa dilakukan oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.
Berikut diantara amalan tersebut,
Pertama, Memperbanyak puasa di sembilan hari pertama.
Dianjurkan
memperbanyak puasa di sembilan hari bulan Dzulhijjah. Dan ditekankan
puasa hari arafah, tanggal 9 Dzulhijjah. Abu Qatadah radliallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“…puasa
hari arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini
sebagai penebus (dosa, pen.) satu tahun sebelumnya dan satu tahun
setelahnya..” (HR. Ahmad dan Muslim).
Dari
Ummul Mukminin, Hafshah radliallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa asyura, sembilan hari pertama
Dzulhijjah, dan tiga hari tiap bulan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad,
dan disahihkan Al-Albani).
Kedua, Memperbanyak takbiran.
Lafadz takbiran, sama seperti umumnya takbiran yang kita kenal.
Takbiran pada bulan Dzulhijjah ada dua macam:
A. Takbiran yang bersifat mutlak (tidak terikat waktu)
Takbiran mutlak adalah takbiran yang dilakukan kapan saja dan dimana saja, selama masih dalam rentang waktu yang dibolehkan.
Takbir
mutlak menjelang Idul Adha dimulai sejak tanggal 1 Dzulhijjah dan
berakhir hingga waktu asar tanggal 13 Dzulhijjah. Selama tanggal 1 – 13
Dzulhijjah ini, kaum muslimin disyariatkan memperbanyak ucapan takbir di
mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja. Boleh sambil
berjalan, di kendaraan, bekerja, berdiri, duduk, ataupun berbaring.
demikian pula, takbiran ini bisa dilakukan di rumah, jalan, kantor,
sawah, pasar, lapangan, masjid, dst.
Anjuran takbiran selama tanggal 1 sampai 13 Zulhijah ini berdasarkan beberapa dalil berikut,
1. Firman Allah,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“…supaya mereka berzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…” (QS. Al-Hajj: 28).
Kemudian di ayat lain, Allah juga berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” (QS. Al-Baqarah: 203).
Keterangan:
Ibn Abbas menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ
“Yang
dimaksud “hari yang telah ditentukan” adalah tanggal 1 – 10 Dzulhijjah,
sedangkan maksud “beberapa hari yang berbilang” adalah hari tasyriq,
tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. (Al-Bukhari secara Mua’alaq, Bab: Keutamaan beramal di hari tasyriq).
2. Hadis dari Abdullah bin Umar , bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ»
“Tidak
ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai
Allah melebihi amal yang dilakukan pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh
karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari
itu.” (HR. Ahmad dan Sanadnya dishahihkan Syekh Ahmad Syakir).
3. Praktek beberapa sahabat,
وَكَانَ
ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ
الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا
“Dulu
Ibn Umar dan Abu Hurairah pergi ke pasar pada tanggal 1 – 10
Dzulhijjah. Mereka berdua mengucapkan kalimat takbir kemudian
orang-orang pun bertakbir disebabkan mendengar takbir mereka berdua.”
(HR. Bukhari secara muallaq, Bab: Keutamaan beramal di hari tasyriq).
B. Takbiran yang terikat waktu (Takbir Muqayyad)
Takbiran
yang terikat waktu adalah takbiran yang dilaksanakan setiap selesai
melaksanakan salat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah shalat
subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah shalat asar tanggal 13
Dzulhijjah. Berikut beberapa dalil yang menunjukkan anjuran takbiran
ini,
1. Riwayat dari Umar bin Khattab radliallahu ‘anhu,
«أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ يَوْمَ عَرَفَةَ، إِلَى صَلَاةِ الظُّهْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ»
Bahwa
Umar dulu bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah
sampai setelah zuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibnu Abi Syaibah dan
Al-Baihaqi dan sanadnya disahihkan al-Albani).
2. Riwayat dari Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu,
أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من آخر أيام التشريق، ويكبر بعد العصر
Bahwa
Ali bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai asar
tanggal 13 Dzulhijjah. Ali juga bertakbir setelah asar. (HR Ibnu Abi
Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: Sahih dari Ali).
3. Keterangan dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhu,
أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى آخر أيام التشريق، لا يكبر في المغرب
Bahwa
Ibnu Abbas bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah
sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Ia tidak bertakbir setelah maghrib (malam
tanggal 14 Dzluhijjah). (HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani
mengatakan, “Sanadnya sahih”).
4. Riwayat dari Ibn Mas’ud radliallahu ‘anhu,
يكبر من صلاة الصبح يوم عرفة إلى صلاة العصر من آخر أيام التشريق
Bahwa
Ibnu Mas’ud bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah
sampai asar tanggal 13 Dzulhijjah. (HR. Al-Hakim dan disahihkan
An-Nawawi dalam Al-Majmu’).
Ketiga, Memperbanyak amal salih
Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ
هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ
فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ
يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari dimana suatu amal salih lebih dicintai Allah melebihi amal salih yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk
lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar
dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang
kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen.).” (HR. Bukhari, Ahmad, dan At-Turmudzi).
Hadis
ini menunjukkan kita dianjurkan memperbanyak amal soleh selama 10 hari
pertama dzulhijjah. Apapun bentuk amalnya, karena Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak menentukan amal ibadah khusus selain takbiran
dan puasa arafah.
Keempat, Shalat Idul Adha
عَنْ
أَنَسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ “
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
Bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Dua hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman jahiliyah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti kepada kalian dengan dua hari yang lebih baik: Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan al-Albani).
Kelima, Menyembelih Hewan Qurban
Allah berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Laksanakanlah salat untuk Rab-mu dan sembelihlah kurban.“ (QS. Al-Kautsar: 2).
Ibadah
qurban memiliki nilai sangat penting, sehingga bagi yang mampu, agar
jangan sampai meninggalkannya. Anda bisa perhatikan hadis ini,
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا»
“Siapa yang memililki kelapangan namun dia tidak berkurban maka jangan mendekat ke masjid kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Dihasankan Al-Albani).
Catatan: Bagi
orang yang hendak berkurban, dilarang memotong kuku dan juga rambutnya
(bukan kuku dan bulu hewannya) ketika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah
sampai dia memotong hewan kurbannya.
Dari Umu salamah radliallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,
مَن
كانَ لَهُ ذِبحٌ يَذبَـحُه فَإِذَا أَهَلَّ هِلاَلُ ذِى الْحِجَّةِ فَلاَ
يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى
يُضَحِّىَ
“Barangsiapa
yang memiliki hewan yang hendak dia sembelih (di hari raya), jika sudah
masuk tanggal 1 Dzulhijjah maka janganlah dia memotong rambutnya dan
kukunya sedikitpun, sampai dia menyembelih hewan kurbannya.” (HR. Muslim).
Allahu a’lam
(nahimunkar.org)
Sumber : https://www.nahimunkar.org/amalan-bulan-dzulhijjah/