Wednesday, August 28, 2019

Benarkah Ibu Kota Baru Memindah Masalah Jakarta ke Kalimantan?

Benarkah Ibu Kota Baru Memindah Masalah Jakarta ke Kalimantan?  
Kementerian PUPR
Ruang terbuka hijau ibu kota negara yang bisa diakses semua kalangan.

KOMPAS.com – Beragam tanggapan muncul atas rencana Pemerintah memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Salah satunya Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Sawung.

Ia menilai upaya pemindahan ibu kota tak ubahnya memindahkan masalah yang ada di Jakarta ke tempat yang baru, yakni Kalimantan.

Hal itu jika Pemerintah tidak memiliki konsep baru yang baik dan matang akan pemindahan pusat pemerintahan yang diperkirakan akan rampung pada tahun 2024.

“Iya diganti (sistem-sistem lamanya). Atau kalau enggak minta data kalau yang sistem manajemen ya, minta data yang kayak sekarang antar kementerian enggak ada terhubung, ya sama saja enggak ada bedanya,” ujar Dwi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/8/2019) sore.

Dwi menjelaskan, permasalahan lama yang ada di Jakarta sebagai ibu kota salah satunya terletak pada sistem pengelolaan limbah.

“Pengolahan limbah lah ya misalnya, Jakarta ini kan berantakan pengolahan limbahnya. Dari feses, dari cucian, itu kan harusnya terpisah. Di Jakarta, wah liar sudah kayak begini,” kata Dwi.

Jika permasalahan ini tidak segera dibenahi, maka masalah di Jakarta bukan tidak mungkin akan kembali terulang di Kalimantan.

“Kalau enggak terurus, kayak Jakarta. Sungainya (kandungan) E-coli-nya tinggi,” ujar Dwi.

Di luar deforestasi, masalah limbah dan pencemaran merupakan efek langsung terhadap lingkungan yang pasti akan terjadi ketika Kalimantan menjadi ibu kota negara. Sehingga Pemerintah harus benar-benar memikirkan solusi untuk permasalahan yang niscaya ini.

Masalah lain terletak pada rencana lokasi hunian bagi para pegawai pemerintahan pusat yang akan ikut pindah ke Kalimantan yang menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) jumlahnya hampir mencapai satu juta orang.

“Ini saja kan yang dikasih lihat sejauh ini baru gambar perkantorannya ya. Rumah satu juta orang itu gimana. Akan ada pegawai, tinggalnya di mana?” ucap Dwi.

Permasalahan ini menurut Dwi persis seperti yang saat ini terjadi di Jakarta.

Banyak dari pegawai pemerintahan pusat yang tinggalnya jauh dari tempatnya bekerja, misalnya di Depok, Jawa Barat.

“Waktu di Jakarta enggak dibicarakan, pegawai Jakarta pada tinggal di mana. Ya kan sekarang juga pada tinggalnya jauh, di Depok, di mana, tidak direncanakan. Harusnya kan mereka (Pemerintah) merencanakan itu,” ungkap Dwi.

Bukan tidak mungkin, jika masalah ini terulang, para pekerja kementerian dan lembaga negara yang ikut berpindah seiring berpindahnya ibu kota, akan bermukim di kota-kota lain di luar dua kabupaten yang telah ditetapkan jadi lokasi pusat pemerintahan negara.

Sumber : https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2019/08/28/054500465/benarkah-ibu-kota-baru-memindah-masalah-jakarta-ke-kalimantan-




Tuesday, August 27, 2019

KUDA KOSONG

Kuda Kosong Cianjur

Kuda kosong atau Pawai kuda kosong adalah budaya dan tradisi turun temurun di Cianjur. budaya asli dari Cianjur ini, biasanya di adakan satu tahun sekali. biasanya di gelar bertepatan dengan hari jadi Kota Cianjur, yang pelaksanaan nya sering di satukan dengan perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu pada 17 Agustus setiap tahunnya.[1]

SejarahSunting

Pawai “kuda kosong” [2] yang sejak dulu digelar pada setiap upacara kenegaraan Cianjur, punya maksud untuk mengenang sejarah perjuangan para Bupati Cianjur tempo dulu. Saat Cianjur dijabat Bupati R.A. Wira Tanu seorang Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II, bupati diwajibkan menyerahkan upeti hasil palawija kepada Sunan Mataram di Jawa Tengah.

Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II yang dianggap sakti mandragunalah yang rutin ditugaskan untuk menyerahkan upeti tadi. Jenis upeti adalah sebutir beras, lada, dan sebutir cabai. Sambil menyerahkan tiga butir hasil palawija itu, Kangjeng Dalem Pamoyanan selalu menyatakan bahwa rakyat Cianjur miskin hasil pertaniannya. Biar miskin, rakyat Cianjur punya keberanian besar dalam perjuangan bangsa, sama seperti pedasnya rasa cabai dan lada.

Karena pandai diplomasi, Kangjeng Sunan Mataram memberikan hadiah seekor kuda kepada Dalem Pamoyanan. Seekor kuda jantan diberikan untuk sarana angkutan pulang dari Mataram ke Cianjur. Penghargaan besar Sunan Mataram terhadap Kangjeng Dalem Pamoyanan membuat kebanggan tersendiri bagi rahayat Cianjur waktu itu.

Jiwa pemberani rakyat Cianjur seperti yang pernah disampaikan Kanjeng Dalem Pamoyanan kepada Sultan Mataram membuahkan kenyataan. Sekitar 50 tahun setelah peristiwa seba itu, ribuan rakyat Cianjur ramai-ramai mengadakan perlawanan perang gerilya terhadap penjajah Belanda. Dengan kepemimpinan Dalem Cianjur Rd. Alith Prawatasari, barisan perjuang di setiap desa gencar melawan musuh, sampai-sampai Pasukan Belanda sempat ngacir ke Batavia (sekarang Jakarta).

TradisiSunting

Tradisi dan Budaya asli Cianjur

Untuk mengenang perjuangan Kangjeng Dalem Pamoyanan yang pandai diplomasi itu, setiap diadakan upacara kenegaraan di Cianjur selalu digelar upacara kuda kosong.[3]Maksud seni warisan leluhur itu untuk mengenang perjuangan pendahulu kepada masyarakat Cianjur sekarang, hal ini akhirnya menjadi suatu perayaan tradisi tahunan bagi warga Cianjur.

PerayaanSunting

Pawai Pembangunan Cianjur

Pementasan kuda kosong, biasanya diadakan setahun sekali, yaitu pada acara kenegaraan, seperti menyambut hari jadi kota Cianjur, yang bertepatan dengan parade atau Pawai Pembangunan, yang di ikuti oleh berbagai elemen di kota cianjur, dan mempertunjukan beberapa atraksi kendaraan hias, produk - produk unggulan Cianjur, kesenian daerah, khusus nya kesenian asli Cianjur, seperti calung, pencak silat Maen po,qasidah, drumband, dll. Arak - arakan atau pawai ini mengelilingi kota cianjur, yang biasanya dimulai dari depan Pendopo kabupaten cianjur, terus melintasi beberapa jalan protokol. dan Kuda kosong selalu menempati barisan pertama parede tersebut.

Pelestarian budayaSunting

Tak sedikit seni budaya Cianjur hilang dan terancam mati. Seperti seni bangkong reang di Kec. Pagelaran, seni tanjidor di Kec. Cilakongkulon, goong renteng di Kec. Agrabinta, seni rudat di Kec. Kadupandak, dan seni reak di Kec. Cibeber. Bahkan, seni Tembang Cianjuran sebagai warisan budaya ciptaan Kangjeng Raden Aria Adipati Kusumaningrat atau Dalem Pancaniti Bupati Cianjur (1834-1861) benar-benar hampir terancam kepunahan.

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Parade_kuda_kosong


Monday, August 26, 2019

Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[1]

Latar belakang

Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI. 

Berkas:Peristiwa+Rengasdengklok.jpg 

Sumber :  https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rengasdengklok

 

Monday, August 19, 2019

Kisah Anak Yatim dari Riau yang Jadi Paskibraka Nasional, Pinjam Sepatu Robek Saat Seleksi

Kisah Anak Yatim dari Riau yang Jadi Paskibraka Nasional, Pinjam Sepatu Robek Saat Seleksi


TRIBUNNEWS.COM - Kisah yang mengharukan datang dari seorang anak yatim yang menjadi Pasukan Pengibar Bendara Pusaka (Paskibraka).
Ia adalah Muhamat Asraf, wakil dari Provinsi Riau di tingkat nasional.

Asraf akan menjadi salah seorang pengibar sang Merah Putih pada Upacara Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia di Istana Negara, hari ini Sabtu (17/8/2019).
Asraf adalah seorang anak yatim yang tinggal bersama ibunya di Desa Bina Baru, Kecamatan Kampar kiri Tengah, Kabupaten Kampar.
Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Saat ini, Asraf duduk di bangku kelas 11 SMAN 1 Kampar Kiri Tengah.
Atik, ibu dari Asraf mengaku tidak menyangka bahwa anaknya lolos menjadi Paskibraka Nasional.
Dikutip dari Kompas.com, saat diwawancara, Atik mengaku bangga dengan Asraf.
"Alhamdulillah, saya bangga sekali. Sungguh saya tidak menyangka Asraf bisa lolos ke tingkat pusat," ucap Atik saat diwawancarai wartawan di rumahnya, Desa Bina Baru, Rabu (14/8/2019).

Atik mendukung anaknya untuk ikut Paskibraka, mulai dari seleksi tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional.
Atik juga mengatakan kepada Asraf, jika ingin menjadi anggota Paskibraka, maka harus berlatih dengan tekun dan bersungguh-sungguh.
"Saya bilang ke dia, kalau memang mau jadi anggota Paskibraka, berlatihlah dengan tekun dan sungguh-sungguh," kata Atik.

Sebelum lolos menjadi Paskibraka tingkat nasional, Asraf sempat sedih karena tidak memiliki sepatu untuk mengikuti seleksi Paskibraka tingkat nasional.
Tak hanya itu, orangtuanya pun tidak mempunyai biaya untuk membelikan sepatu tersebut.
Meskipun ada kerikil kecil di jalan Asraf, ibunya tak menyerah, Atik meminjam sepatu tetangganya yang sudah robek agar Asraf tetap bisa mengikuti seleksi.

Atik pun mengatakan bahwa Asraf sempat malu kepada teman-temannya karena tidak mempunyai sepatu.
"Dia sempat malu sama kawan-kawannya. Jadi saya pinjam sepatu tetangga," kata Atik.
Sebelumnya, saat Asraf mengikuti seleksi Paskibraka sekolah, Asraf sempat muntah setelah pulang latihan.
"Saat itu dia muntah sampai di rumah. Dia bilang tadi ikut Paskibraka," kata Atik.

Atik pun mengatakan bahwa Asraf mempunyai cita-cita untuk menjadi polisi.
Sang ibunda juga tak pernah menyangka bahwa Asraf menekuni Paskibraka.
Menurut Atik, Asraf merupakan sosok pendiam dan hobi mencari ikan di sungai dan bermain bola voli.

Atik juga berujar bahwa Asraf sering melihat upacara 17-an di TV dan tertarik menjadi salah satu pasukan Paskibraka.
"Karena dia sering melihat upacara bendera 17-an di televisi, Asraf tertarik menjadi salah satu pasukan Paskibraka. Ternyata ia tekuni," ujar Atik.
Asraf pun mengikuti kegiatan paskibraka di sekolah hingga akhirnya menjadi Paskibraka Nasional.
"Kami sangat bersyukur dan tim seleksi profesional. Kali ini mungkin baru anak jelata bisa masuk (Paskibraka) tingkat nasional," ujar Atik.
Saat melakukan seleksi, Asraf sering tidak dibekali uang oleh ibundanya karena tidak ada biaya.

Atik mengatakan bahwa ia bekerja serabutan di kebun sawit dan karet.

"Saya tidak punya uang. Saya hanya kerja serabutan di kebun sawit dan karet orang lain. Kadang satu hari dapat gaji Rp 75.000. Itu pun enggak tiap hari," kata Atik.
Atik dan anak-anaknya kini tinggal di sebuah rumah bantuan Pemerintah Kabupaten Kampar yang dibangun di atas tanah milik saudaranya.
Sebelumnya, ia tinggal di sebuah rumah dari kayu yang dipinjamkan oleh akak ibunya.

"Dulu kami tinggal di rumah kayu punya kakak ibu. Tapi sekarang alhamdulillah dapat bantuan bedah rumah dari pemerintah," kata Atik.
Meskipun tak adanya sosok suami yang mendampingi Atik, namun ia tetap semangat menyekolahkan anaknya, Asraf salah satunya.
Perjuangan untuk menyekolahkan Asraf membuahkan hasil yang manis.
Terlebih lagi Asraf merupakan siswa yang rajin dan tekun belajar.
Atik juga bercerita bahwa Asraf yatim dari lahir.
"Ashraf ini anak yatim dari lahir. Dia anak yang rajin dan tekun belajar. Saya selalu berdoa yang terbaik buat dia dan anak-anak saya yang lain," ucap Atik.

Meskipun tidak mempunyai biaya, namun pada saat latihan dan seleksi, Atik selalu memberikan semangat dan motivasi.
Kini, Asraf sedang berada di Jakarta sebagai salah satu Paskibraka.
Atik juga mengatakan bahwa Asraf tidak membawa HP saat berada di jakarta.
"Saya kangen sekali sama dia. Dia enggak pegang HP jadi enggak bisa dihubungi. Saya harap Asraf sukses saat pengibaran bendera nanti," ujar Atik.

Selain Asraf, Provinsi Riau juga mengirimkan wakil lainnya, yakni Tri Setya Negara Putri, seorang siswi SMA 1 Rengat di Kabupaten Indragiri Hulu.
(Tribunnews.com/ Renald) (KOMPAS.COM/ Idon Tanjung)

Sumber : https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/17/kisah-anak-yatim-dari-riau-yang-jadi-paskibraka-nasional-pinjam-sepatu-robek-saat-seleksi?page=4

Wednesday, August 14, 2019

6 Perayaan 17 Agustus di HUT Kemerdekaan RI Niken Widya Yunita - detikNews

6 Perayaan 17 Agustus di HUT Kemerdekaan RI
Niken Widya Yunita - detikNews
 
6 Perayaan 17 Agustus di HUT Kemerdekaan RI 
 
 Jakarta - Sebentar lagi seluruh masyarat Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Ada perayaan-perayaan saat hari ulang tahun Indonesia. Apa saja?

Tahun ini, Indonesia merayakan ke-74 hari Kemerdekaan. Tema 17 Agustus 2019 yakni 'Menuju Indonesia Unggul'. Tema tersebut dikeluarkan berbarengan dengan logo HUt ke-74 RI.

Nah, setiap tanggal 17, berbagai upacara digelar. Selain itu, ada perayaan 17 Agustus.

Berikut perayaan 17 Agustus yang dirangkum dari berbagai sumber:
 
1. Pengibaran Bendera Dalam Air

Perayaan 17 Agustus 2019 ini ada pengibaran bendera Merah Putih di bawah air di Sea World Ancol. Pengibaran ini akan dilakukan oleh para penyelam profesional di dalam aquarium dengan kedalaman hingga 6 meter.

2. Khataman Quran

Semarang punya perayaan 17 Agustus yang unik. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, Semarang merayakan 17 Agustus dengan Khataman Quran, Doa Bersama, hingga Renungan Suci pada 16 Agustus 2019 malam. Untuk upacara detik-detik Proklamasi akan dilaksanakan pada 17 Agustus 2019.

3. Panjat Pinang di Laut

Pada HUT ke-70 Kemerdekaan RI, perayaan 17 Agustus dilakukan dengan lomba panjat pinang di Pantai Talise, Palu. Lomba diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari yang bocah, sampai yang tua.

4. Upacara Bendera di Tempat Sampah
 
Perayaan 17 Agustus lainnya yakni upacara bendera di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Acara dilakukan oleh sekelompok pegiat lingkungan hidup di TPA Putri Cempo, Mojosari, Solo, pada 17 Agustus 2017.

Proses acara upacara sama seperti upacara bendera. Namun mereka menggunakan bambu dan tali tambang sebagai tiang bendera.
5. Upacara di Bawah Laut

Pada HUT ke-72 RI, komunitas penyelam di Kabupaten Kutai Timur dan Kalimantan Timur pada 2017 merayakan kemerdekaan Indonesia di bawah laut dengan kedalaman 20 meter di perairan sekitar Pulau Birah Birahan, Kutai Timur. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk kampanye untuk menjaga ekosistem laut.

6. Upacara Peringatan 17 Agustus 2019 di Istana

Upacara peringatan 17 Agustus 2019 di Istana yakni dengan peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI pada pukul 10.00 WIB di halaman Istana Merdeka. Sorenya, sekitar pukul 17.00 WIB, berlangsung upacara penurunan bendera Sang Merah Putih di halaman Istana Merdeka. Acara ini berlangsung setiap tahun, termasuk juga tahun 2018.
 
Sumber : https://news.detik.com/berita/d-4662277/6-perayaan-17-agustus-di-hut-kemerdekaan-ri  

Monday, August 12, 2019

Ternyata Ini Makna di Balik Pemilihan Tanggal 17 untuk Hari Kemerdekaan Indonesia

Ternyata Ini Makna di Balik Pemilihan Tanggal 17 untuk Hari Kemerdekaan Indonesia


Tepat pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan M. Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan.
TRIBUN-MEDAN.com - Agustus mungkin adalah bulan terindah bagi bangsa Indonesia.
Sebab, tepat pada bulan tersebut, Indonesia mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang merdeka dan bebas dari penjajahan.
Tepat pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan M. Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan.
Namun, pernahkah kamu berpikir mengapa tanggal 17 dipilih sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia?
Rupanya hal itu memang sudah direncakanan oleh Bung karno, yang memilih tanggal 17 dengan penuh pertimbangan.
Hal itu dijelaskannya ketika Bung Karno berdebat hebat dengan para pemuda saat dirinya diculik pada 16 Agustus 1945.
Waktu itu sebelum kemerdekaan Indonesia tepat pukul 04.00 WIB, sekelompok pemuda membawanya Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Aksi penculikan tersebut membuat Soekarno marah dan kecewa, karena para pemuda tidak mau mendengar pertimbangannya.

Sementara Soekarno bersikeras untuk memproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

Menurut Soekarno angka 17 itu bukanlah angka sembarangan, namun dipilih karena beberapa pertimbangan hebat.
Pertimbangan Soekarno memilih tanggal 17, karena hal itu sesuai dengan Alquran yang diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan, juga orang islam sholat sebanyak 17 rakaat.

Hal itupun seolah mengingatkan kita pada 2018 ini, sebab tanggal 17 Agustus juga jatuh pada hari yang sama yaitu Jumat.
Menurut Soekarno menentukan tanggal bukanlah perkara mudah, sebab ia juga berpikir dengan dipilihnya tanggal 17 ini akan membawa hal baik.
Soekarno juga mengatakan bahwa ia adalah orang yang percaya mistik.

"Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku itu adalah saat yang baik" ujar Soekarno.
Itulah sedikit kisah mengapa tanggal 17 dipilih menjadi tanggal kemerdekaan Indonesia menurut Bung Karno.

Sumber : https://medan.tribunnews.com/2018/08/17/tahukah-kamu-ternyata-ini-makna-di-balik-pemilihan-tanggal-17-untuk-hari-kemerdekaan-indonesia?page=2

Wednesday, August 7, 2019

Hikmah dan Keutamaan Ibadah Qurban

Hikmah dan Keutamaan Ibadah Qurban

TRIBUNKALTIM.CO - Selalu ada hikmah di setiap perintah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala serukan kepada hambaNya. Meskipun jika dipandang berat menjalaninya.
Termasuk dalam Ibadah Qurban, Idul Adha 2019 nanti. 
Sebagaimana dilansir Hidayatullah.com, perintah Qurban dilatari kisah sepasang ayah dan anak nan sholeh, nabiyullah Ibrahim dan putranya Ismail alaihi sallam.
Pada hakekatnya berqurban adalah wajib bagi yang mampu. Ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.
“Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : Siapa yang memperoleh kelapangan untuk berkurban, dan dia tidak mau berkurban, maka janganlah hadir dilapangan kami (untuk shalat Ied).” [HR Ahmad, Daru qutni, Baihaqi dan al Hakim]
Berikut hikmah dan keutamaan ibadah qurban.

1. Qurban Pintu Mendekatkan Diri Kepada Allah
Sungguh ibadah qurban adalah salah satu pintu terbaik dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana halnya ibadah shalat. Ia juga menjadi media taqwa seorang hamba. Sebagaimana firman Allah surat Al-Maidah ayat 27, yang artinya;
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertaqwa”.
Berqurban juga menjadi bukti ketaqwaan seorang hamba
Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman, yang artinya:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS:Al Hajj:37)

2. Sebagai sikap Kepatuhan dan Ketaaan pada Allah
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” [QS: Al Hajj : 34]

3.Sebagai Saksi Amal di Hadapan dari Allah
Ibadah qurban mendapatkan ganjaran yang berlipat dari Allah SWT, dalam sebuah hadits disebutkan, yang artinya;
“Pada setiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kabaikan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Juga kelak pada hari akhir nanti, hewan yang kita qurbankan akan menjadi saksi.

“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya & bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” [HR. ibnumajah No.3117].

4. Membedakan dengan Kaum Selain Islam
Sejatinya qurban (penyembelihan hewan ternak) tidak saja dilakukan oleh umat Islam setiap hari raya adha tiba, tetapi juga oleh umat lainnya.
Sebagai contoh, pada zaman dahulu orang-orang Jahiliyah juga melakukan qurban.
Hanya saja yang menyembelih hewan qurban untuk dijadikan sebagai sesembahan kepada selain Allah.

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (qurbanku), hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” [QS: al-An’am : 162-163]

5. Ajaran Nabiullah Ibrahim AS
Berkurban juga menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim – ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).
“Berkata kepada kami Muhammad bin Khalaf Al ‘Asqalani, berkata kepada kami Adam bin Abi Iyas, berkata kepada kami Sullam bin Miskin, berkata kepada kami ‘Aidzullah, dari Abu Daud, dari Zaid bin Arqam, dia berkata: berkata para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wahai Rasulullah, hewan qurban apa ini?” Beliau bersabda: “Ini adalah sunah bapak kalian, Ibrahim.” Mereka berkata: “Lalu pada hewan tersebut, kami dapat apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu ada satu kebaikan.” Mereka berkata: “Bagaimana dengan shuf (bulu domba)?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu shuf ada satu kebaikan.” [HR. Riwayat Ibnu Majah dalam Sunannya No. 3127]

6. Berdimensi Sosial Ekonomi
Ibadah qurban juga memiliki sisi positif pada aspek sosial. Sebagaimana diketahui distribusi daging qurban mencakup seluruh kaum muslimin, dari kalangan manapun ia, fakir miskin hingga mampu sekalipun.
Sehingga hal ini akan memupuk rasa solidaritas umat. Jika mungkin bagi si fakir dan miskin, makan daging adalah suatu yang sangat jarang. Tapi pada saat hari raya Idul Adha, semua akan merasakan konsumsi makanan yang sama.

Hadits dari Ali bin Abu Thalib,
”Rasulullah memerintahkan kepadaku untuk mengurusi hewan kurbannya, membagi-bagikan dagingnya, kulit dan pakaiannya kepada orang-orang miskin, dan aku tidak diperbolehkan memberi sesuatu apapun dari hewan kurban (sebagai upah) kepada penyembelihnya.

Udhiyah pada hari nahr (Idul Adha) disyariatkan berdasarkan beberapa dalil, di antaranya,
“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2). Di antara tafsiran ayat ini adalah “berqurbanlah pada hari raya Idul Adha (yaumun nahr)”. Tafsiran ini diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu  ‘Abbas, juga menjadi pendapat ‘Atho’, Mujahid dan jumhur (mayoritas) ulama.[1]
Dari sunnah terdapat riwayat dari Anas bin Malik, ia berkata, yang artinya;
“Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam berkurban dengan dua ekor kambing kibasy putih yang telah tumbuh tanduknya. Anas berkata : “Aku melihat beliau menyembelih dua ekor kambing tersebut dengan tangan beliau sendiri. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher kambing itu. Beliau membaca basmalah dan takbir” (HR. Bukhari no. 5558 dan Muslim no. 1966).

Kaum muslimin pun bersepakat (berijma’) akan disyari’atkannya udhiyah.[2]
Udhiyah disyari’atkan pada tahun 2 Hijriyah. Tahun tersebut adalah tahun di mana disyari’atkannya shalat ‘iedain (Idul Fithri dan Idul Adha), juga tahun disyari’atkannya zakat maal.[3]
Keutamaan Udhiyah
Tak diragukan lagi, udhiyah adalah ibadah pada Allah dan pendekatan diri pada-Nya, juga dalam rangka mengikuti ajaran Nabi kita Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Kaum muslimin sesudah beliau pun melestarikan ibadah mulia ini.
Tidak ragu lagi ibadah ini adalah bagian dari syari’at Islam. Hukumnya adalah sunnah muakkad (yang amat dianjurkan) menurut mayoritas ulama. Ada beberapa hadits yang menerangkan fadhilah atau keutamaannya, namun tidak ada satu pun yang shahih. Ibnul ‘Arobi dalam ‘Aridhotil Ahwadzi (6: 288) berkata, “Tidak ada hadits shahih yang menerangkan keutamaan udhiyah. Segelintir orang meriwayatkan beberapa hadits yang ajiib (yang menakjubkan), namun tidak shahih.”[4]

Sejumlah hadits dho’if yang membicarakan keutamaan udhiyah,
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. Ibnu Majah no. 3126 dan Tirmidiz no. 1493. Hadits ini adalah hadits yang dho’if kata Syaikh Al Albani)

Dari Abu Daud dari Zaid bin Arqam dia berkata, “Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?” beliau bersabda: “Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?” beliau menjawab: “Setiap rambut terdapat kebaikan.” Mereka berkata, “Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan.” (HR. Ibnu Majah no. 3127. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if jiddan)[5]
Hikmah di Balik Menyembelih Qurban
Pertama: Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
Kedua: Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –kholilullah (kekasih Allah)- ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).
Ketiga: Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak.

Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat  kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.[6]
Keempat: Ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang senilai dengan hewan qurban.
Ibnul Qayyim berkata, “Penyembelihan yang dilakukan di waktu mulia lebih afdhol daripada sedekah senilai penyembelihan tersebut. Oleh karenanya jika seseorang bersedekah untuk menggantikan kewajiban penyembelihan pada manasik tamattu’ dan qiron meskipun dengan sedekah yang bernilai berlipat ganda, tentu tidak bisa menyamai keutamaan udhiyah.”[7]

Sumber : https://kaltim.tribunnews.com/2019/08/06/idul-adha-2019-segera-tiba-inilah-hikmah-dan-keutamaan-ibadah-qurban?page=4


Monday, August 5, 2019

Amalan Bulan Dzulhijjah

Amalan Bulan Dzulhijjah




Amalan Bulan Dzulhijjah

Assalamu ‘alaikum. Saya ingin bertanya, amal apa saja yg disyariatkan di bulan Dzulhijah?
Jazaakumullah khoiran
Aab Jogja
***
Wa ‘alaikumussalam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Ada beberapa amalan yang disyariatkan untuk dilakukan di bulan Dzulhijjah. Amalan ini bisa dilakukan  oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Berikut diantara amalan tersebut,
Pertama, Memperbanyak puasa di sembilan hari pertama.
Dianjurkan memperbanyak puasa di sembilan hari bulan Dzulhijjah. Dan ditekankan puasa hari arafah, tanggal 9 Dzulhijjah. Abu Qatadah radliallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“…puasa hari arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai penebus (dosa, pen.) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..” (HR. Ahmad dan Muslim).
Dari Ummul Mukminin, Hafshah radliallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa asyura, sembilan hari pertama Dzulhijjah, dan tiga hari tiap bulan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan Al-Albani).
Kedua, Memperbanyak takbiran.
Lafadz takbiran, sama seperti umumnya takbiran yang kita kenal.
Takbiran pada bulan Dzulhijjah ada dua macam:
A.  Takbiran yang bersifat mutlak (tidak terikat waktu)
Takbiran mutlak adalah takbiran yang dilakukan kapan saja dan dimana saja, selama masih dalam rentang waktu yang dibolehkan.
Takbir mutlak menjelang Idul Adha dimulai sejak tanggal 1 Dzulhijjah dan berakhir hingga waktu asar tanggal 13 Dzulhijjah. Selama tanggal 1 – 13 Dzulhijjah ini, kaum muslimin disyariatkan memperbanyak ucapan takbir di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja. Boleh sambil berjalan, di kendaraan, bekerja, berdiri, duduk, ataupun berbaring. demikian pula, takbiran ini bisa dilakukan di rumah, jalan, kantor, sawah, pasar, lapangan, masjid, dst.
Anjuran takbiran selama tanggal 1 sampai 13 Zulhijah ini berdasarkan beberapa dalil berikut,
1. Firman Allah,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“…supaya mereka berzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…” (QS. Al-Hajj: 28).
Kemudian di ayat lain, Allah juga berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” (QS. Al-Baqarah: 203).
Keterangan:

Ibn Abbas menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ
“Yang dimaksud “hari yang telah ditentukan” adalah tanggal 1 – 10 Dzulhijjah, sedangkan maksud “beberapa hari yang berbilang” adalah hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. (Al-Bukhari secara Mua’alaq, Bab: Keutamaan beramal di hari tasyriq).
2. Hadis dari Abdullah bin Umar , bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ»
 
“Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang dilakukan pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad dan Sanadnya dishahihkan Syekh Ahmad Syakir).
3. Praktek beberapa sahabat,
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا
“Dulu Ibn Umar dan Abu Hurairah pergi ke pasar pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Mereka berdua mengucapkan kalimat takbir kemudian orang-orang pun bertakbir disebabkan mendengar takbir mereka berdua.” (HR. Bukhari secara muallaq, Bab: Keutamaan beramal di hari tasyriq).
B. Takbiran yang terikat waktu (Takbir Muqayyad)
Takbiran yang terikat waktu adalah takbiran yang dilaksanakan setiap selesai melaksanakan salat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah shalat subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah shalat asar tanggal 13 Dzulhijjah. Berikut beberapa dalil yang menunjukkan anjuran takbiran ini,
1. Riwayat dari Umar bin Khattab radliallahu ‘anhu,
«أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ يَوْمَ عَرَفَةَ، إِلَى صَلَاةِ الظُّهْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ»

Bahwa Umar dulu bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah zuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi dan sanadnya disahihkan al-Albani).
2. Riwayat dari Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu,
أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من آخر أيام التشريق، ويكبر بعد العصر
Bahwa Ali bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai asar tanggal 13 Dzulhijjah. Ali juga bertakbir setelah asar. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: Sahih dari Ali).
3. Keterangan dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhu,
أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى آخر أيام التشريق، لا يكبر في المغرب
Bahwa Ibnu Abbas bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Ia tidak bertakbir setelah maghrib (malam tanggal 14 Dzluhijjah). (HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan, “Sanadnya sahih”).
4. Riwayat dari Ibn Mas’ud radliallahu ‘anhu,
يكبر من صلاة الصبح يوم عرفة إلى صلاة العصر من آخر أيام التشريق
Bahwa Ibnu Mas’ud bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai asar tanggal 13 Dzulhijjah. (HR. Al-Hakim dan disahihkan An-Nawawi dalam Al-Majmu’).
Ketiga, Memperbanyak amal salih
Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari dimana suatu amal salih lebih dicintai Allah melebihi amal salih yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen.).” (HR. Bukhari, Ahmad, dan At-Turmudzi).
Hadis ini menunjukkan kita dianjurkan memperbanyak amal soleh selama 10 hari pertama dzulhijjah. Apapun bentuk amalnya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menentukan amal ibadah khusus selain takbiran dan puasa arafah.
Keempat, Shalat Idul Adha
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ “
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
Bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Dua hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman jahiliyah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti kepada kalian dengan dua hari yang lebih baik: Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan al-Albani).
Kelima, Menyembelih Hewan Qurban
Allah berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Laksanakanlah salat untuk Rab-mu dan sembelihlah kurban. (QS. Al-Kautsar: 2).
Ibadah qurban memiliki nilai sangat penting, sehingga bagi yang mampu, agar jangan sampai meninggalkannya. Anda bisa perhatikan hadis ini,
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا»
“Siapa yang memililki kelapangan namun dia tidak berkurban maka jangan mendekat ke masjid kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Dihasankan Al-Albani).
Catatan: Bagi orang yang hendak berkurban, dilarang memotong kuku dan juga rambutnya (bukan kuku dan bulu hewannya) ketika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai dia memotong hewan kurbannya.
Dari Umu salamah radliallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,
مَن كانَ لَهُ ذِبحٌ يَذبَـحُه فَإِذَا أَهَلَّ هِلاَلُ ذِى الْحِجَّةِ فَلاَ يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّىَ
“Barangsiapa yang memiliki hewan yang hendak dia sembelih (di hari raya), jika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah maka janganlah dia memotong rambutnya dan kukunya sedikitpun, sampai dia menyembelih hewan kurbannya.” (HR. Muslim).
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

By  Ustadz Ammi Nur Baits Oct 26, 2011
(nahimunkar.org)

Sumber : https://www.nahimunkar.org/amalan-bulan-dzulhijjah/

Sembilan Peristiwa Bersejarah yang Terjadi di Bulan Rajab

Sembilan Peristiwa Bersejarah yang Terjadi di Bulan Rajab Selain Isra’ dan Mi’raj masih banyak peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Ra...