Tuesday, October 30, 2018

Lion Air JT 610 Ke-9, Ini Deretan Pesawat Jatuh di Perairan RI


Jakarta - Pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, tadi pagi. Tercatat sedikitnya ada 9 kejadian pesawat jatuh di perairan Indonesia sejak 1955. 


Ada insiden jatuhnya pesawat di perairan laut, ada juga yang jatuh di perairan darat. Titik terdalam jatuhnya pesawat di perairan Indonesia adalah di palung laut Majene.


Berikut ini sederet insiden pesawat jatuh di wilayah perairan Indonesia sejak 1955:


Pesawat Kashmir Princess Meledak di Perairan Natuna (1955)


Pesawat Kashmir Princess, sebuah pesawat yang dicarter dari salah satu anak perusahaan milik Air India, meledak di atas perairan kepulauan Natuna pada 11 April 1955. Sebenarnya insiden ini tidak masuk kategori kecelakaan mengingat pesawat tersebut meledak karena terdapat bom yang sengaja diletakkan di pesawat itu. 


Sebanyak 16 orang yang ada dalam pesawat itu tewas. Sedangkan tiga orang dilaporkan selamat.


Pesawat ini bertolak dari Bombay, India, lalu ke Hong Kong, barulah kemudian ke Jakarta membawa rombongan untuk menghadiri Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Berdasarkan buku 'Bung Karno: Masalah Pertahanan-Keamanan' yang diterbitkan pada 2010, ditulis bahwa ada keterlibatan CIA dalam pengeboman tersebut.


Merpati Nusantara Airlines Jatuh di Perairan Padang (1971)


Ketika terjadi, kecelakaan ini disebut sebagai tragedi insiden terparah di Indonesia. Terjadi pada 10 November 1971, pesawat dari maskapai Merpati Nusantara Airlines Vickers Viscount jatuh di garis pantai di Padang, Sumatera Barat. Sebelum pesawat jatuh, pilot sempat memberi tahu bahwa pesawat tidak bisa sampai ke tujuan karena cuaca buruk.


Seluruh penumpang dan kru berjumlah 69 orang meninggal. Pesawat bertolak dari bandara Kemayoran, Jakarta, ke Pandara Tabing, di Padang. Seluruh korban merupakan WNI, kecuali seorang doktor berpaspor Jerman dan istrinya, serta seorang pilot helikopter berkebangsaan Inggris.



Silk Air Jatuh di Sungai Musi (1997)


Pada 19 Desember 1997, pesawat dari Maskapai Silk Air Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan 185 melakukan perjalanan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia, ke Bandara Changi, Singapura. Di tengah perjalanan, pada pukul 16.13 WIB, pesawat yang melayani rute ini jatuh di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Total 104 orang yang ada di dalamnya (97 penumpang dan 7 awak kabin) tewas, termasuk pilot Tsu Way.


Investigasi kecelakaan ini dilakukan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia bersama tim ahli dari NTSB Amerika, Singapura, dan Australia. Pada 14 Desember 2000, KNKT mengeluarkan laporan yang menyatakan penyebab kecelakaan tidak dapat diketahui. Namun NTSB memiliki pendapat yang berbeda. Menurut mereka, kecelakaan ini terjadi karena kelalaian Kapten Tsu.


Garuda Indonesia di Bengawan Solo (2002)


Pada 16 Januari 2002, Garuda Indonesia Boeing 737-300 bertolak dari Ampenan, Nusa Tenggara Timur, ke Yogyakarta. Di tengah perjalanan, ketika pesawat sudah memasuki area Jawa Tengah, mesin pesawat mendadak mati. Pilot mencoba menghidupkan mesin tiga kali tapi selalu gagal.


Di tengah kondisi darurat tersebut, Kapten Abdul Razak melihat ada perairan Sungai Bengawan Solo. Abdul Razak lantas mengontak petugas menara Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, untuk mengabarkan pesawat akan mendarat darurat di Bengawan Solo.


Abdul lantas mendaratkan pesawat tersebut di sungai yang berukuran lebar tersebut. Dari total 60 orang di atas pesawat, satu awak kabin tewas. Sebanyak 12 penumpang mengalami luka berat dan 10 penumpang mengalami luka ringan.


Pesawat Adam Air Jatuh di Perairan Majene (2007)


Pada 1 Januari 2007, pesawat Boeing 737-400 bernomor registrasi PK-KKW milik Adam Air lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya, pada pukul 12.55 WIB. Seharusnya pesawat tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado, pada pukul 16.14 Wita. Pesawat nahas tersebut mengalami kecelakaan dan hilang kontak pada pukul 14.53 WIB.


Penyebab kecelakaan diduga cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS), dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat. Pesawat jatuh di laut dengan kecepatan tinggi sehingga mengakibatkan badan pesawat terbelah dua. Ada 96 penumpang dalam pesawat nahas yang dipiloti Kapten Refri A Widodo itu. Tidak ada satu pun yang selamat.


Kapal Baruna Jaya milik BPPT menemukan pesawat Adam Air yang tenggelam di palung laut di Majene dengan kedalaman sekitar 2.000 meter. 


Merpati Jatuh di Laut Kaimana, Papua (2011)


Pesawat Merpati bernomor penerbangan MZ-8968 tujuan Sorong-Kaimana-Biak jatuh dan hancur di laut, 500 meter dari Bandar Udara Utarom, Kaimana, Papua Barat, Sabtu (7/5/2011). Semua penumpang yang berjumlah 21 orang dan 6 awak pesawat tewas.


Kepala Bandara Utarom Gagarin Moniaga menyebutkan pesawat tersebut jatuh pada pukul 13.45 WIT, beberapa menit sebelum jadwal pendaratannya di Kaimana. Pesawat diduga mengalami kerusakan mesin. Sebab, sekitar 10 menit sebelum jatuh, pilot Purwadi Wahyudi masih sempat mengontak petugas bandara.


Lion Air Jatuh di Pantai Segara Bali (2013)


Pesawat Lion Air jenis Boeing 737-800 NG jatuh di perairan Pantai Segara saat bersiap-siap mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Sabtu (13/4/2013) sore. Semua penumpang yang berjumlah 101 orang, berikut 7 awak, selamat. Penyebab jatuhnya masih diselidiki.


Pesawat bernomor penerbangan JT-904 itu bertolak dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, pukul 12.48 WIB. Di bawah pimpinan penerbangan pilot Mahlup Ghozali dan kopilot Chirag Kalra (warga India), pesawat tersebut dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai pada pukul 15.18 Wita.


Namun, lima menit menjelang jadwal mendarat itu, pesawat jatuh di perairan Pantai Segara, sekitar 10 meter dari ujung barat landasan pacu Bandara Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali. Pesawat bernomor registrasi PK LKS 737-800 NG itu patah pada dua sisi belakang dekat ekor.


Pesawat AirAsia QZ 8501 Jatuh di Selat Karimata (2015)


Pesawat AirAsia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura jatuh di perairan Selat Karimata pada 28 Desember 2014. Tak ada penumpang ataupun awak pesawat yang selamat dari kejadian ini. 


Pesawat QZ 8501 terbang dari Bandara Juanda, Surabaya, menuju Bandara Changi, Singapura, pukul 05.35 WIB dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki di atas permukaan laut. Seharusnya pesawat yang membawa 156 penumpang tersebut tiba di Singapura pada pukul 07.36 WIB. Pesawat jatuh pada pukul 06.20 WIB di Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.


Menurut laporan KNKT, pilot dan kopilot memiliki lisensi yang valid dan layak untuk terbang. Lisensi terbang Second in Command (SIC) atau kopilot telah dicek sebanyak dua kali, yakni pada 18 November 2014 dan 19 November 2014. Kedua laporan tersebut memberikan hasil memuaskan.


Lion Air JT 610 Jatuh di Karawang (2018)


Pesawat Lion Air JT 610 dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkalpinang jatuh di perairan Karawang, Senin (29/10/2018). Hingga kini pencarian korban terus dilakukan.


"Pada jam 06.22 WIB, pilot menghubungi Jakarta Control dan menyampaikan permasalahan flight control saat terbang di ketinggian 1.700 feet dan meminta naik ke ketinggian 5.000 feet. Jakarta Control mengizinkan pesawat naik ke 5.000 feet," kata Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko lewat keterangan tertulis.


Sebelumnya, Lion Air mengakui pesawat Boeing 737 MAX 8 itu sempat mengalami masalah teknis di Denpasar, Bali, pada malam sebelumnya. Kemudian, persoalan itu sudah diatasi sesuai dengan prosedur.


"Pesawat ini terakhir terbang dari Denpasar menuju Cengkareng, dalam posisi dirilis untuk terbang. Memang ada laporan mengenai masalah teknis dan masalah teknis ini sudah dikerjakan sesuai dengan prosedur maintenance yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat," tutur Direktur Umum Lion Air Edward Sirait dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta.



1 comment:

Sembilan Peristiwa Bersejarah yang Terjadi di Bulan Rajab

Sembilan Peristiwa Bersejarah yang Terjadi di Bulan Rajab Selain Isra’ dan Mi’raj masih banyak peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Ra...