Monday, April 29, 2019

Mengenal Sosok Andrea Hirata

Mengenal Sosok Andrea Hirata

Hirata lahir di Gantung, Belitung.[1] Saat dia masih kecil, orang tuanya mengubah namanya tujuh kali. [2] Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang nama Hirata diberikan oleh ibunya.[2] Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah(sekarang PT Timah Tbk.)[3]
Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia.[3] Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains—fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisidan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.[butuh rujukan]
Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallamdi Inggris.[3] Tesis Andrea di bidang ekonomitelekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus cum laude.[4] Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesiadan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah.[butuh rujukan]
Hirata merilis novel Laskar Pelangipada tahun 2005.[5] Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. [3] Ia kemudian menggambarkannya sebagai sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia.[6] Novel ini terjual lima juta eksemplar, dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih.[2] Novel ini menghasilkan trilogi novel, yakni Sang PemimpiEdensor, dan Maryamah Karpov.[3]

 Karya-karyanya: 

 Penghargaan 
  • Pemenang BuchAwards Jerman 2013
  • Pemenang Festival Buku New York 2013 (general fiction category)[7]
  • Honorary Doctor of Letters (Hon DLitt) dari Universitas Warwick 2015


Tuesday, April 23, 2019

46 Petugas KPPS dan 3 Polisi Meninggal di Jabar Dapat Santunan

46 Petugas KPPS dan 3 Polisi Meninggal di Jabar Dapat Santunan

Bandung - Gubernur Jabar Ridwan Kamil memberikan santunan Rp 50 juta kepada masing-masing keluarga dari 49 orang petugas Pemilu 2019 yang meninggal dunia. Ia berharap santunan ini meringankan beban keluarga para pahlawan demokrasi tersebut.

Emil, sapaan Ridwan, sengaja mengumpulkan keluarga dari 46 orang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan 3 anggota Polri yang gugur saat bertugas mengamankan pemilu tahun ini di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (23/4/2019). Mereka dari sejumlah wilayah di Jabar.

Ia meminta pendataan petugas pemilu yang meninggal dunia harus dilakukan secepat mungkin. Pasalnya, teknis pengiriman santunan dilakukan melalui proses transfer ke nomor rekening masing-masing.

"Kita memberikan penghargaan bagi mereka yang kita sebut pahlawan demokrasi ini santunan Rp 50 juta. Saya minta jangan dilama-lama. Nanti kami transfer, setelah data nomer rekening masuk dan data (keluarga petugas yang meninggal) terverifikasi," ujar Emil.

Dia memerintahkan kepala daerah di tingkat Kabupaten Kota untuk menyiapkan layanan kesehatan bagi petugas pemilu yang masih bekerja. Ia tidak ingin lagi ada korban dari pekerjaan mengawal hasil pemilu.

"Proses pemilu ini belum selesai. Mungkin emosinya belum stabil dan fisiknya melemah. Sampai minggu ketiga Mei kan masih berlangsung, jangan ada lagi berita tambahan yang meninggal dunia," tutur dia.

Emil meminta penyelenggara pemilu melakukan evaluasi, terutama soal tugas teknis dalam menyelenggarakan proses demokrasi. Sehingga, sambung dia, tidak ada lagi nyawa manusia melayang karena pekerjaan yang terlalu berat.

"(Peristiwa) ini buah dari keputusan yang tidak dihitung secara maksimal. Evaluasi apa pun pilihannya jangan sampai mengorbankan nyawa. Keputusan ini kan hasil dari keputusan semua (unsur pemerintah)," ucap Emil.

Ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok mengapresiasi adanya perintah dari gubernur Jabar kepada kepala daerah untuk melibatkan petugas medis di proses tahapan yang ada di kecamatan. "Jangan sampai peristiwa ini terulang saat proses rekap di kecamatan. Apalagi, durasinya (pekerjaannya) panjang. Satu hari memakan waktu 10 jam dan bisa berjalan satu minggu," katanya.

Rifqi mengakui penyelenggaraan pemilu tahun ini tidak mempersiapkan petugas kesehatan, malah fokus pada pengamanan. Ia beralasan, tidak memprediksi adanya peristiwa petugas yang meninggal.

"Tapi sudah ada keterangan surat sehat sebelum memulai pekerjaan ini," ujar Rifqi (mud/bbn)

Monday, April 22, 2019

Pujangga Baru

Poedjangga Baroe(EYDPujangga Baruejaan SoewandiPudjangga Baru) adalah sebuah majalah sastra Indonesia yang avant-gardeyang diterbitkan dari bulan Juli 1933 sehingga Februari 1942. Majalah ini didirikan Armijn PaneAmir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisjahbana(STA).

Dari awal abad ke-20, orang pribuminegara Hindia Belandamulai menjadi bersemangat nasionalisme tinggi, yang diwujudkan dengan terbitnya beberapa publikasi nasionalis. Armijn, Hamzah, dan STA, tiga penulis dari pulau Sumatra, memulai proses pembentukan majalah baru pada bulan September 1932. Mereka mengirimkan surat kepada 40 penulis yang aktif dalam bagian sastra dari koran Pandji Poestakadan meminta tulisan, serta sepuluh surat kepada para sultanuntuk meminta dukungan. Setelah kontrak dengan penerbit milik Belanda Kolff & Co. tidak dapat terwujudkan, para pendiri bersepakatan untuk menerbitkan majalah mereka sendiri. Majalah yang dihasilkan, Poedjangga Baroe, diterbitkan untuk pertama kalinya pada bulan Juli 1933. Selama masa terbitannya, majalah itu mencakupi ruang gerak yang semakin luas dan lebih banyak memuat tulisan berbau politik. Setelah kekaisaran Jepang mendudukan Nusantarapada tahun 1942, majalah ini pun tidak dapat diterbitkan. Suatu majalah lain dengan judul Pudjangga Baruditerbitkan dari tahun 1948 sampai 1954.
Secara ideologis, majalah Poedjangga Baroemendukung negara yang modern dan bersatu di bawah satu bahasa, bahasa Indonesia. Namun, pandangan budaya dan politik para penulisnya membuat pendirian majalah ini kurang tetap. Untuk menjamin kenetralan politiknya, Poedjangga Baroememuat tulisan dari segala macam teori politik. Dalam pembahasannya mengenai budaya, majalah ini menerbitkan polemik-polemik yang bertentangan mengenai pentingnya budaya Barat dan tradisi untuk perkembangan negara yang terbaik.
Selama sembilan tahun terbit, Poedjangga Baroemenerbitkan 90 edisi, yang memuat lebih dari tiga ratus butir puisi, lima buah drama, tiga buah antologi puisi, sebuah novel, berbagai esai, dan beberapa cerpen. Publikasi ini, yang tidak pernah mempunyai lebih dari 150 langganan, mendapatkan penerimaan yang beragam. Penulis muda memuji-mujinya karena dianggap mencerminkan keadaan sosio-politik pada zaman itu, sementara orang Melayuyang tradisionalis menolak penggunaan bahasanya, yang dianggap merusak ciri khas bahasa Melayu. Biarpun sebagian besar karya yang dimuatnya sudah terlupakan, tema dan gaya tulis yang menonjol dalam periode 1933 sampai 1942 membuat zaman itu disebut "angkatan Poedjangga Baroe" dalam periodisiasi sastra Indonesia.

Wednesday, April 17, 2019

Memaknai Bulan Rajab dalam Tradisi Islam

Memaknai Bulan Rajab dalam Tradisi Islam 

Di antara 12 bulan Hijriyah dalam kalender Islam, terdapat bulan Rajab yang merupakan bulan yang berada diantara Jumadil Akhir dan Sya’ban. Dalam kalender Hijriyah, Rajab jika dihitung dari bulan pertama yaitu Muharram jatuh pada bulan ke 7 kedudukannya. Kata “rajab” sendiri berasal dari bahasa arab, “rajaba” atau “rajiba”. Untuk pengertian yang pertama, “rajaba” berarti mengandung pengertian “’adzoma” atau “menghormati atau pengormatan” hal ini berdasarkan sebuah riwayat hadits yang dikutip oleh Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arab bahwa dulu masyarakat Arab Jahiliyah ketika memasuki bulan Rajab mereka tidak melakukan peperangan atau melakukan gencatan senjata.
Dinamakan sebagai "bulan kehormatan", Rajab diyakini oleh sebagian bangsa Arab Jahiliyyah sebagai bulan “sembelihan” karena biasanya mereka memaknai “rajabiyyah” sebagai “syahrul ‘athiroh” atau bulan dilaksanakannya penyembelihan. Kebiasaan ini biasanya dilakukan bangsa Arab dalam rangka menghormati nasab (kesukuan/keturunan) mereka. Maka setelah Nabi saw diutus kepada bangsa Arab, Nabi saw memperpanjang masa bulan-bulan yang diharamkan (untuk berperang) tidak hanya pada bulan Rajab, tetapi juga bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram.
Karena bulan Rajab memiliki keistimewaan dalam sejarahnya, maka Allah pun memilih bulan Rajab sebagai bulan hadiah istimewa dimana Nabi saw diperjalankan melalui peristiwa luar biasa, yaitu Isra dan Mi’raj yang menurut beberapa riwayat masyhur, terjadi pada tanggal 27 di bulan Rajab (antara 620-621 M). 
Terdapat juga peristiwa di bulan ini, dimana sebagian umat muslim di wilayah Madinah ada yang sholat menghadap baitul maqdis (Masjid al-Aqsha, Palestina) dan ada yang menghadap Ka’bah (baitullah, Mekkah). Kejadian ini berlangsung pada waktu sholat Ashar, dimana kemudian setelah ada pemberitahuan mengenai kiblat sholat sudah beralih ke baitullah, maka serentak jama’ah sholat membalikkan badannya dan sholat menghadap ka’bah. Kejadian ini berlangsung pada bulan Rajab, 2 bulan sebelum terjadinya perang Badar. Kejadian ini diabadikan dengan memberi nama sebuah masjid yang berhubungan dengan peristiwa tersebut dengan Masjid Qiblatain (Masjid dengan 2 Qiblat) yang sampai saat ini berada di wilayah Madinah.
Karena keistimewaannya, bulan Rajab kemudian banyak dimaknai oleh umat Islam sebagai bulan anjuran untuk beribadah dan memperbanyak amalan, seperti dzikir, berpuasa atau bersedekah. Yang paling sering diperbincangkan adalah persoalan puasa yang dijadikan amalan istimewa di bulan ini. Terdapat beberapa riwayat yang jika dilihat dari sisi kandungan maknanya bahwa bulan Rajab adalah bulan yang dianjurkan untuk berpuasa, tetapi penentuan tanggalnya kapan tidak diketemukan riwayat yang shahih.
Dalam sebuah riwayat yang dikemukakan Imam Muslim bin Hajjaj (822-875 M) disebutkan bahwa ada seorang sahabat Nabi saw Utsman bin Hakim al-Anshori bertanya kepada Sahabat Sa’id bin Zubaer mengenai puasa yang dilakukan pada Bulan Rajab, maka Sa’id kemudian mengemukakan bahwa dia pernah diceritakan oleh Ibnu Abbas tentang Nabi saw yang berpuasa pada bulan itu. Nabi saw seakan-akan seperti berpuasa terus sepanjang tahun (termasuk bulan Rajab) dan dilain waktu Nabi saw juga seakan-akan tidak berpuasa. (Muslim: 1157)
Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Muslim ketika menjelaskan riwayat yang dikaitkan dengan kesaksian Sa’id bin Zubair ini secara tekstual mengacu kepada kebolehan atau tidak dilarangnya berpuasa pada bulan Rajab. Oleh karena itu, Imam Nawawi berkesimpulan dapat ditarik sebuah hukum bahwa Nabi saw tidak menetapkan bulan Rajab sebagai bulan yang dikhususkan untuk berpuasa dan juga tidak mengkhususkan untuk berpuasa di bulan Rajab. Hanya saja kemudian ditemukan riwayat hadits yang berasal dari Abu Dawud bahwa Nabi saw menganjurkan berpuasa pada bulan-bulan haram (asyhurul hurum) termasuk didalamnya adalah bulan Rajab. Meskipun demikian, Imam Nawawi tetap berpedoman pada riwayat yang menyatakan bahwa bulan yang utama untuk berpuasa selain Ramadhan adalah bulan Muharram.
Para ulama berbeda pendapat dalam hal berpuasa di bulan Rajab. Ulama abad ke 9 H, Ibnu Ruslan berpendapat bahwa Nabi saw tidak pernah mengkhususkan puasa sunnah diluar Ramadhan, kecuali bulan Muharram. Hal ini sesuai dengan hadits yang menyatakan bahwa puasa paling utama selain Ramadhan adalah bulan Muharram. Berbeda dengan sebagian ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah yang dimaksud adalah bahwa Nabi saw berpuasa diluar Ramadhan adalah pada bulan Sya’ban, karena Sya’ban merupakan bulan penjaga karena berdekatan dengan bulan Ramdhan, bulan dimana diwajibkan umat Islam untuk berpuasa.  
Dengan demikian, jika pendapat yang menyatakan bahwa puasa diluar Ramadhan yang paling utama di bulan Sya’ban menganalogikan kepada keutamaan menjaga puasa sebagaimana dilakukan Nabi saw, bahwa agar Ramadhan terpelihara, berpuasa sudah dimulai semenjak bulan Sya’ban. Adapun yang beranggapan bahwa puasa di luar Ramadhan yang paling utama adalah bulan Muharram para ulama menganalogikan kepada shalat qiyamullail merupakan kekhususan (keutamaan) selain sholat-sholat yang diwajibkan (maktubah).
Asumsi saya, berpuasa di luar Ramadhan (tathowwu’) memang seringkali dilakukan Nabi saw dan biasanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu dimana bulan-bulan itu tentu keistimewaannya hanya Nabi saw yang lebih tahu. Adapun kemudian terjadi perbedaan-perbedaan para ulama dalam hal puasa sunnah terjadi pada wilayah fiqh sehingga memberikan pemahaman kepada kita dan sekaligus memberikan pilihan kepada kita untuk mengambil pendapat dari salah satunya. Melaksanakan puasa di bulan-bulan selain Ramadhan adalah dibolehkan, selama tidak ada dalil yang jelas melarang untuk berpuasa, seperti larangan berpuasa pada awal bulan Syawwal atau hari-hari Tasyriq yang jatuh pada tanggal 10, 11 dan 12 Dzulhijjah.
Wallahu a’lam bisshawab    

Monday, April 15, 2019

Sajak dan contohnya

Pengertian Sajak
Sajak adalah salah satu bentuk karya sastra yang tidak terikat dengan aturan. Sajak sendiri termasuk ke dalam puisi Melayu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sajak diartikan sebagai gubahan sastra yang berbentuk puisi dan sangat mementingkan keselarasan bunyi.
Sajak juga dikenal sebagai suatu persamaan bunyi. Persamaan ini dapat pada awal kalimat atau akhir kalimat.
Ciri-Ciri Sajak
Terdapat beberapa ciri-ciri suatu sajak, yaitu: 
  • Memiliki bentuk tertentu (berurutan dalam baris yang sejajar, berpola, atau bebas)
  • Ungkapan kata dan bahasanya  dipengaruhi oleh unsur lagu, irama, keharmonisan bunyi
  • Barisnya disusun dalam pola atau ikatan tertentu (khusus untuk puisi tradisional) dan tanpa pola ikatan tertentu
Jenis-Jenis Sajak
Sajak dibedakan menjadi beberapa jenis dalam kelompoknya masing-masing, antara lain menurut posisi, menurut kesesuaian bunyi suku kata, dan kesesuaian bunyi akhir setiap kata.
(1-2) Sajak Menurut Posisi
Pembagian sajak menurut posisi didasarkan pada letak keselarasan bunyi, yaitu sajak awal dan sajak akhir.
1. Sajak Awal
Disebut sajak awal karena keselarasan bunyi terletak diawal kata. Contoh:
  • Bukan ku…
Bukan ketidakpercayaanku padamu
Tapi ketakutanku
Bukan kematian risaukanku
Tapi perpisahan takutkaku
Bukan membagi cinta dariku
Tapi merenggut cinta dariku
  • Hidup
Selama nafas masih menderu
Dan jantung masih berdegup
Selama darah masih mengalir
Dan iman masih tertanam
Selama roh masih menyatu
Dan KAU masih mengasihiku
2. Sajak Akhir
Disebut sajak akhir karena keselarasan bunyi terletak di akhir kata. Contoh:
  • Sujud
Sajadah melapisi kulitku
Dingin tak merasuk dalam tulangku
Dalam kerendahanku
Memohon kepadaMu Tuhanku
Ampunilah segala dosaku
Sirnakan segala khilafku
Tuntun selalu aku
Agar tercapai inginku
Siratal mustaqim jalanku
RidhoMu tujuanku
  • Teringat lalai
Termenung ku ditepi pantai
Menanti ombak dari tengah laut
Teringat semua lupa dan lalai
Dosa dan khilaf kian berpaut
(3-8) Sajak Menurut Kesesuaian Bunyi Suku Kata
Berdasarkan kesesuaian bunyi suku kata, sajak dibedakan menjadi sajak penuh, sajak paruh, sajak aliterasi, sajak asonansi, sajak rangkai, dan sajak rangka.
3. Sajak Penuh atau Sajak Sempurna
Sajak jenis ini ditandai dengan kesesuaian bunyi pada suku kata terakhir secara penuh. Contoh:
Terancam sudah iman yang goyang
Hamba yang tak rajin sembahyang
Sungguh malang sungguh sayang
Kini umur sudah melayang
4. Sajak Paruh
Sajak paruh atau disebut sebagai sajak tidak sempurna memiliki kesesuaian bunyi pada suku kata terakhir tetapi tidak penuh atau secara keseluruhan. Contoh:
Menuntut ilmu hendaklah semangat
Jangan malas haruslah giat
Ilmu akan membuat kita selamat
Di dunia ataupun akhirat
Ilmu buat kita makin dewasa
Ilmu pula yang hilangkan lara
Bukankah Ilmu faktor kita bahagia?
Dari muda hingga menua
5. Sajak Aliterasi
Kesesuaian bunyi pada sajak aliterasi terletak pada huruf konsonan dalam setiap kata kata dalam puisi. Kesesuaian bunyi pada sajak ini terletak pada seluruh kata. Contoh:
Baik budi ibbapak
Nafkah keluarga kena cukup
Hawa haram mustilahmusnah
Hawa halal mustilahhadir
Kerja pakai kalimatullah
Berkah buat beragam barang
6. Sajak Asonansi
Hampir sama dengan sajak aliterasi yang memiliki kesesuaian pada seluruh katanya, kesesuaian bunyi pada sajak asonansi terletak pada huruf vokalnya. Contoh:
Kakimu tertatih tatih
Mengayuh sepedaterengaengah
Cintatiadakarenarupiah
Cintamu baginegeri
Rontokkan mosi kebodohan
7. Sajak Rangkai
Kesesuaian bunyi pada sajak rangkai terletak pada huruf vokal, akan tetapi hanya pada beberapa suku kata. Contoh:
Kesabaranbutuh kesadaran
Karena kesadarantimbul kesabaran
Raih kekayaanuntuk kejayaan
Karena kejayaanmenjaga kekayaan
8. Sajak Rangka
Sajak rangka memuat kesesuaian bunyi pada huruf vokal dalam beberapa kata. Contoh:
Lihat simpangjalan sampingkota
Tindak tandukibu tua renta
Tak lelah pontang panting
Tak berhenti mondar mandir
Gunakan kesempatansebelum kesempitan
(9-13) Sajak Menurut Kesesuaian Bunyi Akhir Setiap Kata
Berdasarkan kesesuaian bunyi di akhir setiap kata, sajak dibedakan menjadi sajak rata, sajak silang, sajak kembar, sajak peluk, dan sajak patah.

Tuesday, April 9, 2019

Keutamaan Bulan Rajab

KEUTAMAAN BULAN RAJAB

“Bersabda Rasulullah SAW : “ Sesungguhnya di surga ada sungai yang disebut dengan rajab (isinya) lebih putih dari pada susu, dan lebih manis dari pada madu. Barangsiapa yang berpuasa sunnah satu hari pada bulan Rajab akan diberi minum oleh Allah dari sungai tersebut.” (HR. Imam Baihaqi)
Beberapa hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menunjukkan kelebihan bulan rajab:
Hendaklah kamu memuliakan bulan Rajab, niscaya Allah memuliakan kamu dengan seribu kemuliaan di hari Qiamat.
Bulan Rajab bulan Allah, bulan Sya’ban bulanku, dan bulan Ramadhan bulan umatku.
Kemuliaan Rajab dengan malam Isra’ Mi’rajnya, Sya’ban dengan malam nisfunya dan Ramadhan dengan Lailatul-Qadarnya.
Puasa pada awal Rajab, pertengahannya dan pada akhirnya, seperti puasa sebulan pahalanya.
Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SUBHANAHU WA TA’AALA.”
Puasa 3 hari pada bulan Rajab, dijadikan parit yang panjang yang menghalangnya ke neraka (panjangnya setahun perjalanan). 
Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga
Bulan Rajab Syahrullah (bulan Allah), diampunkan dosa orang-orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya. Puasa dalam bulan Rajab, wajib bagi yang ber puasa itua diampunkan dosa-dosanya yang lalu. Dipelihara Allah umurnya yang tinggal. Terlepas daripada dahaga di akhirat.
Sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya’ban adalah bulan aku dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku”. “Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan bulan Ramadhan. Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan haus bagi mereka.”
Satu lagi hadist yang cukup menggetarkan hati, Rasulullah bersabda :
“Apa bila datanghari kiamat berserulah malaikat ‘Dimanakah orang orang yang suka menghormati bulan Rajab?’ lalu keluarlah sebuah NUR dan malaikat Jibril dan Mikail ‘Alaihi salam mengikuti Nur itu, serta merta mengikutlah orang orang yang menghormati bulan Rajab, kemudian mereka melewati Sirthatal Mustaqim secepat kilat yang menyambar. Bersujudlah mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala karena bersyukur dapat melewati Sirath dengn selamat, lalu Allah Berfirman : “Wahai orang orang yang suka menghormati bulan rajab, angkatlah kepalamu pada hari ini, kamu telah menunaikan sujud dunia pada bulanku, sekarang berangkatlah menuju tempat tempatmu ”
Allah Subhanahu Wa ta’aala.Malaikat Jibril dan Mikail Alaihi Salam memanggil orang orang yang menghormati bulan rajab dengan RAJABIYYUUN…
mengenai riwayat siapa dan dhoif atau tidaknya hadist diatas, Wallahu’alam Bishowab..
Yang Paling penting adalah Inna a’maalu Bin Niiyah.., Niat kita berpuasa, berdzikir, juga bersholawat Nabi, ingin berbuat amal kebajikan se banyak banyaknya, ingin bisa memasuki surgaNya, ingin mendapat Rahmat dan Ridhonya, dan kita berusaha semakin bertambah umur semakin dekat kepada Allah SWT.
Menurut Imam Suyuthi dalam al-Haawi lil Fataawi, hampir semua hadist tentang puasa Rajab tersebut berstatus Dha’if (kurang kuat). Akan tetapi hadits dha’if sebagaimana disepakati Ulama ahli hadits, dapat digunakan untuk memotivasi diri dalam fadhailul A’mal (mengerjakan amal-amal kebajikan), selagi tidak terlalu berat ke-dha’ifan-nya atau tidak ada dalam sanadnya seorang rawi yang suka berdusta atau dituduh suka berdusta.
Ada lagi satu amalan yang hendaknya kita ikuti dari Rasulullah, yaitu berdoa di bulan Rajab sebagaimana telah beliau ajarkan. Dari sahabat Anas bin Malik dia berkata, Rasulullah Saw jika telah memasuki bulan Rajab beliau banyak berdoa:
Allahumma baarik lana fii Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ramadhan  (yang artinya : Ya Allah berikanlah keberkahan buat kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan).
Wallahu’alam
http://iztyqo.blogspot.com/2012/05/bulan-rajab-normal-0-false-false-false.html?m=1

Sembilan Peristiwa Bersejarah yang Terjadi di Bulan Rajab

Sembilan Peristiwa Bersejarah yang Terjadi di Bulan Rajab Selain Isra’ dan Mi’raj masih banyak peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Ra...