9 Sastrawan Tanah Air yang Berhasil Bikin Kita Tergila-gila dengan Puisi
Puisi-puisi yang indah dan melegenda digubah oleh
sastrawan kenamaan. Tentu, Indonesia punya sederet nama sastrawan
legendaris dengan puisi yang melegenda, tak kalah dengan penyair-penyair
dunia.
Karya-karya mereka sangat berpengaruh terhadap
kesusasteraan Tanah Air. Sejumlah judul puisi karya sastrawan tersohor
itu melekat di ingatan penikmat sajak. Apa saja sih puisi yang
legendaris dan siapa sastrawan yang menggubahnya? Ini mereka!
1. Sapardi Djoko Damono
Siapa
yang tak kenal Bapak Hujan Bulan Juni. Puisi-puisinya begitu mampu
mendaraskan rindu dan cinta yang tulus terhadap hal apa pun. Diksi-diksi
yang tepat selalu ‘dipasang’ sastrawan kelahiran Surakarta, 20 Maret
1940 ini di setiap sajaknya. Lirik per lirik tampak sederhana, tapi
mengandung makna yang dalam. “Hujan Bulan Juni” dan “Aku Ingin” adalah
karya monumentalnya. Bahkan, Hujan Bulan Juni dikembangkan menjadi
novel, komik, bahkan akan jadi film. Kini, Sapardi masih aktif mengajar
program pascasarjana di Universitas Indonesia jurusan sastra.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
ADVERTISEMENT
2. Chairil Anwar
Si
Binatang Jalang ini dinobatkan H.B. Jasin sebagai pelopor sastrawan
angkatan 45. Karya legendarisnya berjudul “Aku”. Pria kelahiran Medan,
26 Juli 1922 ini mampu melahirkan karya yang heroik dan menggugah
‘kehidupan’. Ia menggubah puisi-puisi dengan tajuk pemberontakan,
kematian, individualisme, eksistensialisme, hingga multi-interpretasi.
Ia meninggal di usia muda, tepatnya pada usia 26 tahun di Jakarta.
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
3. Goenawan Mohamad
Biasa
disingkat GM. Ia adalah sastrawan, juga budayawan, yang berpandangan
liberal. Pemikirannya yang terbuka tentu berpengaruh terhadap
karya-karyanya. GM banyak menulis sajak. Tak hanya sajak, ia menulis
banyak karya sastra. Pendiri, yang kini menjadi komisaris Tempo ini
telah menulis sejak ia berusia 17 tahun. Ia kini masih aktif menulis
Catatan Pinggir di majalah Tempo. Sajak-sajaknya dengan berjuta
perbendaharaan kata membuat pembaca jatuh hati.
Yang tak menarik dari matiadalah kebisuan sungai
ketika aku menemuinya.
Yang menghibur dari mati
adalah sejuk batu-batu,
patahan-patahan kayu pada arus itu
4. Sutardji Calzoum Bachri
Sutardji
berhasil mengeluarkan konsep puisi keluar dari pakemnya. Ia menggubah
puisi seperti layaknya mantra. Ia banyak menggunakan bahasa yang
figuratif atau bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu
dengan cara tidak biasa, melalui makna kias atau makna lambang. Puisinya
berjudul “Tragedi Winka Sihka” membelalak pembaca, yang membuat
masyarakat memiliki tafsir berlainan satu dengan lainnya.
di luar wiskidi halaman
anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya
5. Sitor Situmorang
Di
selisik dari namanya, sudah pasti penyair ini berdarah Batak. Penulis
kenamaan asal Sumatera Utara tersebut memulai karier sebagai jurnalis.
Tak hanya puisi, ia juga menulis esai dan cerita pendek. Larik-larik
puisinya menyiratkan makna mendalam. Karya-karyanya memberi oksigen bagi
pembaca yang haus komposisi. Bahkan, setelah Chairil Anwar meninggal,
Sitor disebut-sebut menjadi penyair terkemuka.
Semoga kasih tahu jalan kembaliPada pintu yang membuka dinihari
Ke mana angin membawa diri
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Dapat kepenuhan cinta dalam aku tiada
Terpecah dua benua, suatu kelupaan di
...Sisik samudra.
6. Joko Pinurbo
Dialah
yang mengemukakan jarak itu sebenarnya tak pernah ada, sebab, pertemuan
dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan. Sastrawan kelahiran Pelabuhan
Ratu, Jawa Barat ini melahirkan karya-karya yang memadukan unsur
naratif, ironi refleksi diri, dan tak jarang membubuhkan unsur ‘nakal’.
Ia telah menggeluti puisi sejak remaja dan mulai menulis pada usia
20-an.
Malam ini aku akan berangkat mengarungimu.Perjalanan mungkin akan panjang berliku
dan nasib baik tidak selalu menghampiriku
tapi Insyaallah suatu saat
bisa kutemukan sebuah kiblat
di ufuk barat tubuhmu.
7. Remy Silado
\Nama aslinya Yapi Panda Abdiel Tambayong. Tulisannya lekat dengan kritik terhadap berbagai persoalan, termasuk persoalan sosial dan budaya. Dalam menulis puisi atau karya-karyanya yang lain, pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945, ini kerap menggunakan kata-kata arkais, atau kata yang sudah lama tak digunakan. Selain menulis puisi, ia menulis drama, esai, roman populer, dan buku-buku.
Di celah-celah sudut sempit terhimpit
Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit
Pohon-pohon pun tertawa
Tertawa melihat manusia
ia kembali bersujud
Jiwa terasing dalam dunia bising
Diinjak, remak, permak
Lalu kiamat
Ia tamat
8. Widji Thukul
Ia
adalah penyuara aspirasi kaum akar rumput, yang hilang tak tau
rimbanya. Widjhi Thukul, lewat karya-karyanya mengorasikan perlawanan
terhadap rezim Orde Baru. Tulisannya menggugah semangat kaum-kaum
tertindas. Sastrawan asal Surakarta ini kemudian dinyatakan hilang di
usia 34 tahun. Tak tahu, kini masih hidup atau telah bersatu dengan
alam.
mesin terus berputarpabrik harus berproduksi
pulang malam
badan loyo
nasi dingin
bagaimana kalau anak sakit
bagaimana obat
bagaimana dokter
bagaimana rumah sakit
bagaimana uang
bagaimana gaji
bagaimana pabrik? mogok?
pecat! mesin tak boleh berhenti
maka mengalirlah tenaga murah
mbak ayu kakang dari desa
disedot
sampai pucat
9. W.S. Rendra
Siapa
yang tak kenal dengan nama ini. Karya-karya sastrawan asal Solo
kelahiran 1935 itu punya pengaruh besar terhadap kesusastraan Indonesia.
Meski demikian, ia disebut-sebut tak masuk pakem angkatan ‘45, '60-an,
atau '70-an. Karyanya mengalun menurut kebebasannya sendiri. Ia
menggubah puisi atau karya-karyanya dengan jahitan kata yang rapi dan
apik dibaca maupun didengar.
Suatu malam aku mandi di lautan.Sepi menjadi kaca.
Bunga-bungaan yang ajaib bertebaran di langit.
Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.
Selain itu, masih banyak nama sastrawan yang menggubah karya-karya legendaris, seperti Taufik Ismail, Subagio Sastrowardoyo, Amir Hamzah, Putu Oka Sukanta, dan Usmar Ismail. Nah, yang mana sastrawan favoritmu?
Sumber : https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/francisca-christy/9-penyair-ini-bikin-kamu-tergila-gila-dengan-puisi-mereka-1/full
No comments:
Post a Comment